Minggu, 22 Mei 2011

Canda, Suplemen Penting Bagi Keluarga

Salah satu parameter keharmonisan suatu hubungan pernikahan adalah “ada tidaknya canda”. Canda dan rasa humor bisa menjadi bumbu penyedap dalam kehidupan keluarga. Dengan canda, kejenuhan akan hilang, senyum dan tawa penuh kehangatan pun akan tercipta.

Bercanda adalah rehat jiwa, penyemarak hati, penawar kebosanan, dan penghasil keceriaan. Bisa kita bayangkan bagaimana dinginnya hubungan suami-istri jika tidak diselingi canda.

Bagaimanapun, pernikahan bukan sekadar kontrak sosial di mana suami-istri terikat dengan peraturan dan hubungan yang kaku. Sebaliknya, perlu dibangun suatu relasi dan situasi yang nyaman serta menyenangkan sehingga setiap pasangan dapat menikmati kebersamaannya dengan bahagia.



Maurice J. Elias Ph.D., dalam bukunya Emotionally Intelligent Parenting: How to Rise a Self-Diciplined, Responsible, Socially Skilled Child, menyatakan bahwa humor kecil sehari-hari ibarat vitamin yang ampuh untuk membangun dan mempertahankan kemampuan positif suami-istri dalam menghadapi tugas-tugas keayah-bundaan serta tantangan hidup lainnya. Menyisipkan humor dalam hubungan dengan pasangan, menurut Maurice, dimaksudkan untuk menjaga agar kita tetap dalam kerangka berpikir optimis.

Hal senada juga diungkapkan Psikolog Rosdiana Tarigan M.Psi, MHP.Ed. Menurutnya, salah satu hal yang membuat perkawinan menjadi awet adalah adanya warna humor atau guyonan. Karena dengan tertawa bersama, pasangan suami-istri dapat saling mengantarkan energi positif.

Humor memang sangat efektif untuk membangkitkan aura berpikir positif, karena akan membuat hati kita senang. Nah, ketika hati senang, otomatis kita akan bersikap lebih baik terhadap orang lain, lebih mudah berpikir jernih, dan lebih kreatif untuk berkarya serta menemukan alternatif-alternatif baru dalam menyelesaikan masalah yang mungkin belum pernah terbayangkan sebelumnya. Paling tidak, humor bisa memberikan suasana bahagia untuk lingkungan, sebab kebahagiaan hanya dapat diberikan oleh orang yang hatinya bahagia.

Humor juga bermanfaat bagi perkembangan anak. Anak yang dibesarkan di lingkungan yang penuh humor juga akan tumbuh menjadi anak yang ceria dan berpikiran terbuka, sehingga tidak mudah tersinggung dan stres.

Dalam konteks saling menasihati antara suami-istri, canda dan humor juga sangat dibutuhkan. Menurut pakar pendidikan terkemuka, Abdullah Nashih Ulwan, nasihat yang disertai humor dapat menggerakkan rasio, menghilangkan jemu, dan menimbulkan daya tarik. Nasihat yang menggurui dan kritik tajam akan sangat berlainan dampaknya jika dibandingkan dengan nasihat dan kritik yang disampaikan dengan canda. Di samping itu, canda akan mengurangi risiko munculnya perasaan tersinggung.

Bangkitkan rasa humor
Proses merasakan humor tidak selalu sederhana, karena melibatkan respons perasaan, pikiran, dan tubuh terhadap suatu peristiwa. Mula-mula pikiran seseorang berusaha menangkap adanya sisi lucu sehingga ia berpikir ada sesuatu yang menggelitik dalam suatu peristiwa, lalu perasaannya merespons dengan rasa riang dan mengajak tubuh untuk meresponsnya dengan senyum atau tertawa.

Tertawa hanyalah salah satu bentuk ekspresi fisiologis dari rasa humor. Karena seseorang juga bisa merasakan humor tanpa tertawa. Bisa jadi, ia hanya tersenyum simpul atau berwajah ceria saja saat merasakan kelucuan.

Oleh karena itu, suami-istri juga perlu mengasah rasa humor mereka. Rasa humor (sense of humor) adalah kemampuan seseorang untuk menangkap adanya sesuatu yang lucu dari sebuah peristiwa. Semakin mudah seseorang menangkap hal-hal lucu maka semakin tinggi rasa humornya.

Membangkitkan rasa humor adalah salah satu syarat untuk membuat setiap aspek kehidupan menjadi lentur, luwes, dan indah. Mulailah memperhatikan hal-hal yang detail dari setiap aspek hidup ini tanpa harus mengritik dan mengejeknya. Sebaliknya, nikmati dengan rasa syukur dan belajarlah memandangnya dari berbagai sudut yang berbeda. Dengan demikian, secara normal dan bertahap semua aspek hidup ini akan terasa menjadi lebih manis dan membahagiakan.

Selain itu, setiap individu pasti memiliki ragam dan kekhasan pengalaman lucu tersendiri. Cobalah putar kembali memori kita dan inventarisir beberapa momen yang bisa membuat perasaan senang dan memicu tawa. Kita bisa membuat perpustakaan imajiner yang berisi “rekaman hal-hal lucu”, terutama yang pernah kita alami sendiri. Lalu, putar ulang rekaman itu pada saat yang tepat. Buktikanlah, betapa momen-momen itu mampu mendongkrak hormon bahagia.

Aplikasinya bisa bermacam-macam. Misalnya, sepulang kerja seorang suami membawa oleh-oleh berupa kejadian lucu di kantor atau cerita-cerita lain. Demikian pula dengan istri, bisa saja dengan merekam tingkah polah lucu si kecil untuk diceritakan kembali kepada suami. Keisengan dan godaan-godaan spontan juga dapat menjadi bagian dalam membangun suasana penuh canda dalam keluarga.

Canda yang wajar
Inisiatif menyenangkan hati pasangan dengan canda ini idealnya muncul dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, istri maupun suami harus menghargai upaya pasangan dalam menyenangkan hatinya. Dalam konteks ini, istri atau suami perlu menangkap dengan jeli mengenai kapan pasangannya sedang bercanda dan kapan ia sedang serius. Bila salah tangkap, tentu akan menjadi masalah lain.

Begitu juga ketika berinisiatif membecandai pasangan, kiranya perlu diperhatikan waktu dan situasi yang tepat. Bagaimanapun, canda harus tetap terkontrol. Ada situasi-situasi tertentu yang memang kurang bijak jika disikapi dengan canda, misalnya ketika menghadapi situasi di mana salah satu anggota keluarga sedang mengalami sakit serius.

Perlu diperhatikan bahwa rasa humor yang dipupuk hendaknya bukan humor jorok atau bersifat mengejek untuk menjatuhkan, melainkan yang sehat dan bersih sehingga mampu menggetarkan saraf tertawa secara sehat dan positif pula.

Dalam menuangkan humor, pemahaman mengenai karakter pasangan juga menjadi hal penting. Karena tidak semua humor bisa diterima, yang akibatnya malah bisa menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan menimbulkan kesan negatif atau melahirkan masalah baru. Melontarkan humor dengan intensitas terus-menerus juga kurang baik. Canda yang mengarah pada olok-olok yang keterlaluan dan cenderung menjadi ejekan misalnya, tentu malah akan membuat sakit hati.

Canda yang sehat adalah canda yang ikhlas diniatkan untuk menyenangkan perasaan pasangan serta membangun keceriaan yang konstruktif, sehingga mampu mengurangi stres, memberikan perspektif baru, dan membuat perasaan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, batasan-batasan yang wajar harus tetap diperhatikan secara apik. (Deny Riana; dimuat di Pikiran Rakyat, Minggu, 13 Februari 2011, hal. 22).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar